BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Masa praaksara adalah masa dimana
manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering disebut sebagai masa
prasejarah. Kehidupan manusia pada
masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan
bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali
pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Manusia pra aksara adalah manusia yang
hidup sebelum tulisan dikenal. Karena belum ditemukan peninggalan tertulis,
maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken
Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan geografis wilayah Indonesia.
Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu
dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan
daratan Australia. Pendapat ini
didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia
dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat
memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah,
harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di
wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan
Australia, seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di
kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini
mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun
Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia
disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia
bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan -
perubahan itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan
masyarakat pra aksara Indonesia.
Menurut para
ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak
di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli
sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini
didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu -
hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara
bergelombang. Gelombang
pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500
SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini
sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang
lebih kuat.
Sementara,
para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau
alasannya, seperti:
Prof.
Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan
pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia,
dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di
daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa
Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai
daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa,
namanama binatang dan alat - alat perang.
Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan
kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan
peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
Prof.
Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil - fosil
dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di
samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro,
yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang
perpindahan bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia.
Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?
Hogen
berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan
kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu
(Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM.
Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada
tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan
penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan,
Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah
dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek
moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah
ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini
hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah -
daerah Australia.
2.
TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini ada
beberapa tujuan yang akan di ketahui bahwa;
a. Untuk mengetahui asal – usul manusia pra
aksara.
b. Untuk mengetahui Perkembangan dari
masa ke masa di zaman pra aksara.
c. Untuk
mengetahui jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara.
d. Membahas tentang peninggalan – peninggalan
manusia pra aksara.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Masa Praaksara
Masa praaksara adalah masa dimana
manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering disebut sebagai masa
prasejarah. Kehidupan manusia pada
masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di
permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya
berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Kurun waktu pada masa praaksara diawali
sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Berakhirnya
masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal
tulisan. Sebaliknya,
bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti
penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad
ke-20.
Bangsa Indonesia meninggalkan masa
praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu
bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut tidak
berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk
bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.
a. Lingkungan alam pada masa praaksara
Keadaan alam di muka bumi selalu berubah-ubah, yang
disebabkan oleh hal-hal berikut.
1)
Orogenesis atau gerakan pengangkatan kulit bumi.
2) Erosi atau
proses pengikisan lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh angin, air hujan, dan
aliran air sungai
3) Vulkanisme atau kegiatan gunung
berapi
Masa praaksara disebut zaman es atau
kala plestosen, dimana bagian barat Indonesia berhubungan dengan daratan asia
tenggara, sedangkan bagian timur wilayah Indonesia berhubungan dengan
Australia.
Kala plestosen berlangsung kira-kira 3
juta sampai 10 ribu tahun yang lalu. Dalam keseluruhan sejarah bumi, kala
plestosen merupakan masa geologi yang paling muda dan singkat. Akan tetapi,
bagi sejarah umat manusia, kala plestosen merupakan merupakan bagian yang
paling tua.
Pada masa plestosen, suhu di bumi
menurun dan gletser yang biasanya hanya terdapat di daerah-daerah kutub serta
puncak gunung dan pegunungan tinggi meluas, sehingga daerah yang berdekatan dengan
tempat-tempat tersebut dan tempat-tempat lain tertutup oleh lapisan es,
misalnya di daerah Amerika, Eropa dan Asia serta pegunungan tinggi lainnya.
Akibat dari masa pengesan pada zaman
plestosen adalah turunnya permukaan laut sehingga laut yang dangkal berubah
menjadi daratan. Daratan-daratan baru inilah yang berperan sebagai jembatan
bagi manusia dan hewan dalam melakukan perpindahan ke daerah lain untuk
menghindari bencana dan mencari sumber makanan baru.
b. Awal kehadiran manusia
Menurut hasil penelitian ahli purbakala,
diperkirakan manusia muncul sekitar 3 juta tahun yang lalu bersamaan terjadinya
proses glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala plestosen.
Pada masa itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan
di kawasan Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan
kondisi alam yang demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam
serta dengan membuat alat-alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.
c. Kehidupan pada masa praaksara
Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni
manusia daripada daratan Sahul. Pola kehidupan manusia pada masa plestosen
adalah kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan makanan dan berburu. Mereka menggunakan alat-alat
sederhana yang dibuat dari batu, tulang dan tanduk.
Kondisi hewan pada masa plestosen tidak
banyak berbeda dengan kehidpan manusia, yakni bahwa hidup hewan bergantung pada
keadaan iklim dan tumbuh-tumbuhan. Tiap perubahan iklim dapat mengakibatkan
berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di sapmping itu, adanya bencana
alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah lain.
Pada masa plestosen tingkat kehidupan
manusia sangat bergantung pada alam dan kemampuan manusia dalam taraf berburu
dan mengumpulkan bahan makanan dari hasil alam sekitarnya. Oleh karena itu
lenyapnya berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang dilakukan
manusia.
Migrasi hewan dan manusia dari dataran
Asia ke kepulauan Indonesia dimungkinkan karena terbentuknya paparan Sunda di
sebelah barat dan paparan Sahul di sebelah timur pada kala plestosen akhir dan
plestosen sebagai akibat turunnya permukaan laut.
Bagian
barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung dengan Asia.
Sedangkan bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya bergabung dengan
Australia.
3. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara
Manusia pada masa praaksara tidak
mewariskan peninggalan-peninggalan, namun kehidupannya dapat diketahui dari
sumber-sumber informasi sebagai berikut.
a.
Hasil penggalian fosil
Fosil adalah
sisa-sia tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah membatu. Dengan
ditemukannya fosil manusia merupakan petunjuk adanya kehidupan manusia pada
masa praaksara. Fosil tersebut dinamakan fosil pandu.
b.
Tempat perlindungan di bawah karang (abris sous rouches)
Tempat perlindungan di bawah karang
berbentuk gua, dan merupakan tempat perkampungan manusia pada masa praaksara
yang hanya ditempati sementara waktu. Gua karang tempat perlindungan manusia
praaksara dinamakan abris sous rouches. Di daerah tersebut ditemukan
berbagai alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang. abris sous
rouches banyak ditemukan di Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku),
dan di gua Leang-Leang (Sulawesi Selatan).
c. Dapur sampah (kjokkenmoddinger)
Salah satu jenis makanan manusia pada
masa praaksara adalah kerang. Kulit kerang tersebut banyak dibuang di
tempat-tempat tertentu, yang disebut sebagai dapur sampah atau kjokkenmoddinger.
Di dapur sampah tersebut berupa bukit kerang dan sering diketemukan bekas
peralatan yang biasa dipergunakan manusia praaksara. Hal ini banyak dijumpai di
Medan (Sumatera Utara) dan di Langsa (Aceh).
d. Alat-alat yang dipergunakan
manusia praaksara
Manusia praaksara telah mengenal
berbagai bentuk peralatan sederhana yang dipergunakan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Jenis peralatan yang ditemukan pasa penemuan fosil manusia
Indonesia ada zaman praaskara adalah beliung persegi dan kapak lonjong yang
kedua alat tersebut di buat dari batu.
Persebaran alat-alat manusia praaskara
tersebut sekaligus menujjukan bukti persebaran manusia pada masa praaskara.
Bardasarkan sumber-sumber informasi tersbut di peroleh data mengenenai manusia
Indonesia yang hidup pada msa praaskara.
Adapun berdasarkan hasil penelitian
pakar antropologi dan pakar sejarah, manusia praaskara antara lain.
a. Pithecanthropus Mojokertoensis,
merupakan fosil manusia praaskara yang ditemukan oleh duyfjes dan koeningswald,
di perning, mojokerto, tahun 1936. Fosil tersebut berupa tengkorak anak usia 6
tahun. Berdasarkan penelitian, fosil tersebut telah berumur 1, 9 juta tahun.
Hasil penemuan tersebut diteliti ulang oleh De Tera dan Movius pada tahun 1938
dan memutuskan bahwa fosil tersebut merupakan fosil manusia praaksara yang
tertua.
b. Meganthropus Paleojavanicus,
meupakan hasil penelitian Von Koenigswald pada tahun 1941, di daerah Sangiran,
Surakarta. Fosil tersebut menunjukkan kerangka tubuh manusia praaksara nerbadan
besar tetpi tidak seberap tinggi (megan berarti besar). Meganthropus
Paleojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertoensis anmu tingkat
kehidupannya lebih rendah (lebih primitif).
c. Pithecantropus Erectus, fosil
manusia purba yg ditemukan oleh Eugen Dubois, pada tahun 1890 di desa trinil
Ngawi Jawa TImur. Fosil tersebut berbentuk kerangka manusia yang menyerupai
kera maka disebut Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan
tegak dibandingkan dengan Pithecantropus Mojokertoensis, bentuk tubuh
Pithecantropus Erectus lebih maju.
d. Homo Soloensis merupakan jenis fosil
manusi praaksara yang ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar
dan Ir Oppenoorth pada tahun 1931 – 1934 di desa Ngandong kabupaten Blora .
Setelah diteliti ileh von koenigswald, fosil tersebut tingkatannya lebih tinggi
daripada Pithecantropus Erectus . mahkluk itu disebut Homo Soloensis, yang
berarti manusia dari Solo.
e. Homo Wajakensis atau Homo Sapiens,
merupakan jenis fosil manusia praaksara yg ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1889, di desa Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Homo Wajakensis
berarti manusia dari Wajak yang tingkatannya lebih tinggi dari Pithecantropus
Erectus. Dari antara fosil-fosil
lainnya. Homo Wajakensis merupakan yang termaju dan yang terakhir
Homo Wajakensis
termasuk jenis Homo Sapiens, sebagian besar bertempat tinggal di Indonesia
bagian barat, dan sebagian tinggal di wilayah timur. Yang bermukim di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk ras Mongoloid, sub ras Melayu – Indonesia.
Sedangkan yang bermukim di wilayah Indonesia bagian timur termasuk ras
Austromelanesoid. Homo Wajakensis mulai tinggal di Indonesia sejak 40.000 tahun
yang lalu, dan sekaligus membuktikan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu
Indonesia telah di didiami oleh manusia sejenis Homo Sapiens.
Adapun hal-hal yang membedakan
Pithecantropus Erectus dengan Homo Sapiens adalah sebagai berikut.
Pithecantropus memiliki
cirri-ciri sebagai berikut.
a. Bentuk fisik dan wajahnya berbeda
dengan manusia sekarang, termasuk tingkat kecerdasannya berbeda jauh.
b. Tingkat kehidupannya masih
primitif, mata pencaharian utamanya adalah berburu dan meramu (memetik
buah-buahan di hutan).
c. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil
dan selalu berpindah-pindah
Manusia yang termasuk Pithecanthropus
Erectus adalah Pithecantropus Mojokertensis dan Meganthropus Paleojavanicus.
Sedangkan cirri-ciri Homo Sapiens adalah sebagai berikut.
a. Bentuk fisik dan wajahnya mirip
manusia sekarang. Tingkat kecerdasannya lebih tinggi daripada Pithecantropus
Erectus.
b. Tingkat kehidupannya lbih maju dari
Pithecantropus Erectus, dan telah mengenal perladangan dengan sistem lading
berpindah.
c. Hidupnya telah menetap dalam waktu
agak lama sekitar 2 atau 3 masa panen baru berpindah.
d. Memiliki pralatan terbuat dari batu
yang diasah halus, berbentuk beliung persegi, dan alat pemukul kulit kayu.
e. Hidup
disekitar 40.000 tahun yang lalu.
Manusia
praaksara yang termasuk Homo Sapiens adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Homo Sapiens termasuk nenek moyang yang menurunkan ras-ras manusia sekarang
ini.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba
yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah
memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan
hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan
di Indonesia terdiri dari:
1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai
Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von
Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo
Soloensis).
2. Fosil manusia yang ditemukan
di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene
Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis
2. MASA AKSARA
Tradisi sejarah masyarakat Indonesia
berkembang pula pada masa aksara, yaitu masa ketika masyarakat Indonesia sudah
mengenal tulisan. Pada masa
aksara, tradisi sejarah direkam melalui tulisan sehingga lahirlah rekaman tertulis. Rekaman
tertulis ini pun, sama halnya dengan tradisi masa praaksara, yaitu tumbuh dan
berkembang melalui pewarisan dalam masyarakat. jadi pada materi ini kita akan
mempelajari perkembangan sejarah masyarakan indonesia setelah mengenal tulisan
(masa aksara) dan dampak adanya zaman aksara terhadap kehidupan masyarakat
indonesia.
a.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Aksara
Kedatangan
nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat
(melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara
Yunan – Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan sampai di Irian/Papua ternyata
membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sejarah kehidupan bangsa
Indonesia. Adanya beraneka ragam budaya daerah yang muncul di tengah-tengah
perkembangan masyarakat yang masih dapat dirasakan oleh masyarakat nusantara
pada masa kini.
Bangsa Deutero
Melayu yang datang 500 SM ke Nusantara ternyata membawa pengaruh yang lebih
maju daripada pendahulunya. Mereka melalui jalan barat, yakni Yunan – Malaka –
Sumatra – Jawa. Mereka hidup di Nusantara dan berkembang sebagai masyarakat
yang produktif serta menjadi bangsa Indonesia sampai sekarang. Masyarakat
Deutero Melayu yang telah berkembang menjadi bangsa Indonesia itu telah
memiliki kemajuan di berbagai bidang, antara lain, sebagai berikut.
1) Dalam bidang pemerintahan, mereka menganut asas
demokrasi melalui musyawarah untuk menentukan pimpinan mereka, bentuk
organisasi kemasyarakatan yang ada adalah kesukuan. Kepala suku dipilih dari
orang yang memiliki kemampuan tertinggi (primus inter pares).
2) Dalam bidang ekonomi, usaha untuk memenuhi
kebutuhan diupayakan dengan menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter),
hidup gotong royong dalam mengerjakan sawah, berkelompok, dan semua hak milik
digunakan bersama.
3) Kepercayaan nenek moyang kita adalah
animisme dan dinamisme.
Keadaan
alam Nusantara memaksa mereka harus pandai berlayar sebab Nusantara terdiri
atas kawasan kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan untuk saling mencukupi.
Akhirnya, muncul perdagangan antarpulau dan berkembang menjadi perdagangan
antarnegara. Pelayaran lintas laut telah membawa bangsa
Indonesia mampu mengarungi lautan internasional sehingga terciptalah hubungan
dagang yang maju, yang melibatkan kawasan Nusantara. Kita ketahui bahwa
kemajuan pelayaran perdagangan antara Cina – India yang melewati kawasan
Nusantara menyebabkan terjalinnya perdagangan di Nusantara juga, namun pengaruh
India di Nusantara jauh lebih besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara
membawa perkembangan bagi kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu
dan berkembang sampai sekarang, misalnya, dalam bidang pemerintahan, budaya,
sosial, dan kepercayaan.
1) Dalam
bidang pemerintahan
Masyarakat
Nusantara yang hidup secara berkelompok di masa lalu, ternyata mampu berkembang
secara dinamis dengan bentuk kesukuan. Kontak dengan India ternyata membawa
pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam pemerintahan.
Masyarakat Nusantara yang semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya pengaruh
hinduisme ke dalam masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk
kerajaan. Kekuasaan raja diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih
rakyat sehingga rakyat menerima saja. Namun, raja yang lemah pasti segera jatuh
digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.
2) Dalam
bidang budaya
Kita
mengetahui bahwa masuknya budaya India ke Nusantara ternyata memberi semangat
bangsa Indonesia untuk berkarya lebih bagus dan terarah. Bahkan para raja dan
penguasa mulai menuliskan perintah melalui prasasti. Hasil karya budaya
Nusantara yang mengagumkan dan memiliki seni yang tinggi, misalnya, candi
Borobudur yang menjadi kebanggaan dunia dan relief pada dinding candi yang
melebihi kehebatan orang India. Misalnya, relief Ramayana pada candi Prambanan.
Begitu juga munculnya seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Nusantara
seperti cerita Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab
Gatotkacasraya yang telah memuat unsur javanisasi.
3) Dalam
bidang sosial
Pranata
sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa sebagai satu
kelompok masyarakat. Penerapan
aturan untuk membina masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya bersifat
gotong royong.
4) Dalam
kepercayaan
Nenek moyang
yang sudah memiliki kepercayaan asli (animisme, dinamisme) mulai mengenal agama
Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun telah menyembah Dewa Hindu
atau Buddha, mereka tetap bersesaji untuk memuja roh (sesuai keyakinan animisme
dan dinamisme).
b. Perkembangan rekaman tertulis
Jejak-jejak
masa lampau menjadi bahan penting untuk menuliskan kembali sejarah umat
manusia. Jejak masa lampau mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan
penulisan sejarah. Masa lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah
tersebut menjadi komponen penting dan mengandung informasi yang dapat dijadikan
bahan untuk penulisan sejarah.
Kisah sejarah
tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan dapat dipelihara terus
sehingga mampu untuk mengisahkan kembali peristiwa dari jejak-jejak pada masa
lampau. Jejak sejarah dapat dibedakan menjadi dua.
1)
Jejak
historis, yaitu jejak sejarah
yang menurut sejarawan memiliki atau mengandung informasi tentang
kejadian-kejadian yang historis sehingga dapat digunakan untuk menyusun
penulisan sejarah.
2)
Jejak
nonhistoris, yaitu suatu
kejadian pada masa lampau yang tidak memiliki nilai sejarah.
Jejak historis yang berwujud tulisan merupakan rekaman tertulis tradisi
masyarakat pada masa lalu. Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi sumber
tertulis sezaman dan setempat, sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat,
dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.
1)
Sumber tertulis sezaman dan setempat
Sumber
tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang mengalami
peristiwa itu, atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak lama setelah
peristiwa itu terjadi. Sumber setempat maksudnya adalah penulisannya di dalam
negeri sendiri. Contoh sumber tertulis sezaman dan setempat adalah prasasti.
Prasasti
berarti
pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan
biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris
disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam.
Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut epigraphy.
2)
Sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat
Sumber
ini dimaksudkan ditulis sezaman, tetapi ditulis di luar negeri. Sumber ini
biasanya tidak begitu jelas, kebanyakan berasal dari Tiongkok, Arab, Spanyol,
dan India. Misalnya, kitab Ling Wai Taita karangan Chou Ku Fei pada tahun 1178.
3)
Sumber tertulis setempat tidak sezaman
Sumber
ini ditulis lama sesudah peristiwa terjadi, mungkin sudah berdasarkan cerita
dari mulut ke mulut atau berdasar cerita rakyat. Misalnya, buku Babad
Tanah Jawi dan kitab Pararaton (walau- pun ada babad sezaman, tetapi tidak
banyak).
Sejak masuk dan berkembangnya pengaruh
Hindu-Buddha (India) di Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan.
Tulisan-tulisan tersebut dapat dibaca dan sampai kepada generasi penerus.
Tulisan yang ditinggalkan itu dipandang sebagai suatu rekaman tertulis tentang
peristiwa yang terjadi pada mesa lampau. Berikut rekaman tertulis yang
dimaksud,
1. Prasasti
Prasasti merupakan salah satu rekaman tertulis tentang masa lampau yang sudah
menjadi kebiasaan para penguasa untuk mengingat dan mengabadikan suatu
peristiwa penting yang dialami oleh raja atau penguasa. Prasasti adalah
peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah
musnah, seperti batu, logam, dan gading. Pada umumnya, prasasti menuliskan
suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti umumnya dibuat
atas perintah raja yang berkuasa. Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk
mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah
kerajaan. Pada abad ke-4 sampai dengan ke-8, prasasti di Nusantara mengguankan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, prasati-prasasti tersebut biasa ditulis dalam
bentuk syair dengan menggunakan kaidah-kaidah dari India.
Berikut
contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.
Prasasti Kutai di Kalimantan
Timur
Prasasti berupa tujuh
buah yupa (tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf
Pallawa, dan berbahasa Sansekerta. Isinya, peringatan upacara kurban agama
Hindu yang diperintah oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu
Kudungga.
Prasasti Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat
Prasasti Kerajaan Tarumanegara. di Jawa Barat berhuruf
Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Contoh: prasasti Ciaruteun (pahatan telapak
kaki dan tulisan), prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak kaki gajah dan
tulisan), prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), prasasti Pasir Awi
(memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman) prasasti Tugu (berita tentang
penggalian saluran Sungai Gomati), prasasti Muara Cianten, dan prasasti Cidang
Hiang.
Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
Contohnya: prasasti Keduclukan Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa
daerah), prasasti Talang Tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk
kemakmuran semua makhluk), prasasti Telaga Batu (berisi kutukan kepada siapa
saja yang tidak setia pada raja), prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada
dews untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).
Prasasti
Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa. Prasasti Canggal berisi mengenai pendirian sebuah
lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja. Prasasti Matyasih
(prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah
sebelurn Dyah-Batitung. prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan
huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.
Prasasti
Kerajaan Syailendra
Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M),
berbahasa Sanskerta, dan ditulis dengan huruf Pra-Nagari. Prasasti Klurak
(dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa
Sansekerta dan huruf Pra-Nagari. Berisi mengenai pembuatan area Manjusri.
Dokumen
Dokumen merupakan surat berharga yang bertulis atau
dicetak sehingga dapat dipakai untuk sebuah bukti atau keterangan.
Dokumen-dokumen tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi adalah
pengumpulan, pemilihan pengolahan, dan penyimpanan infoermasi dari berbagai
bidang, dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar,
kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dan lain sebagainya. Dokumen
merupakan suatu yang snagat berharga, baik bagi pemakainya maupun pembuatnya.
Kitab
Kitab merupakan sebuah kasastra para pujangga pads masa
lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa
lampau. Para pujangga umunya menulis atas perintah raja. Itulah sebabnya,
isi tulisan banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kemampuan berpikir manusia untuk
mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Mereka tidak lagi
berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi sebaliknya
mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan
berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai
menjinakan hewan-hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti
kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini
manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.
Terlepas dari mana asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia,
kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun
sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami
perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden
setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok
semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai
dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan
yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan,
seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling
menghargai dan menghormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat
disimpulkan :
1.
Zaman pra aksara di Indonesia
berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
2.
Perubahan dari masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang
sangat panjang,
b. Saran
Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan Setalah kami
menyusun makalah ini kami member saran :
1. Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu
bersusah keras lagi untuk mencari makanan kini kita tinggal membeli apa yang
kita inginkan .
2. Kita mumpunyai rumah jika ingin tinggal.
3. Masa kita sekarang adalah masa yang modern
tentunya perlu di syukuri dan dinikmati sesuai kebutuhan.
4. Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang
menciptakan langit dan bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X
Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah;
2007, oleh Yudhistira, Jakarta.