Pages

Thursday 11 February 2016

Kegiatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Kegiatan Ekonomi

1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa
Ada banyak sekali kegiatan ekonomi dalam menghasilkan atau memproduksi barang pemuas kebutuhan. Ini sangat tergantung pada jenis pekerjaan yang dimiliki manusia. Demikianlah, ada kegiatan ekonomi bertani, beternak, berdagang, montir di bengkel, dan nelayan. Kegiatan ekonomi dalam menghasilkan jasa yang dibutuhkan masyarakat pun banyak ragamnya. Misalnya, ayahmu akan bertugas ke luar kota. Apa yang akan ayahmu lakukan? Dia akan mencari dan membeli tiket bis, kereta api, pesawat terbang, atau kapal laut. Saat ini ayahmu membutuhkan tiket dan jasa angkutan bis. Nah, di masyarakat sudah ada orang yang kerjanya menjual tiket. Penjualan tiket ini termasuk kegiatan ekonomi menghasilkan jasa. Setelah tiket dibeli, ayahmu menumpang bis atau kereta api atau pesawat terbang ke luar kota. Di masyarakat juga sudah ada perusahaan jasa yang menyediakan jasa angkutan bis, kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan sebagainya.
2. Kegiatan mendistribusikan barang dan jasa
Kembali ke contoh produksi sepatu di atas. Setelah selesai diproduksi, sepatu harus dijual. Ada orang yang pekerjaannya adalah menjual sepatu. Penjual sepatu telah melakukan kegiatan ekonomi yang namanya mendistribusikan barang. Demikian pula pedagang beras, pedagang buah, penjual ikan, dan sebagainya. Orang-orang yang bekerja mendistribusikan barang dan jasa disebut distributor. Tanpa distributor barang dan jasa yang dihasilkan tidak akan diketahui dan dipakai masyarakat. Tanpa ada kelompok yang menghasilkan barang dan jasa, tidak akan ada barang dan jasa yang bisa didistribusikan. Jadi, ada hubungan yang saling menguntungkan. Selain distributor barang, ada juga distributor jasa. Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Perusahaan ini memiliki tenaga pemasar yang mempromosikan jasanya. Selain itu, masih ada agen-agen yang berusaha menjual jasa-jasa. Demikian pula dengan perusahaan jasa lainnya seperti perusahaan asuransi, rumah sakit, lembaga pendidikan, konsultasi hukum, dan seterusnya. Para distributor memperoleh pendapatan dari keuntungan atau laba. Keuntungan utama yang dikejar adalah uang. Dengan uang ini para pelaku kegiatan ekonomi distribusi barang dan jasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Para pelaku kegiatan ekonomi distribusi menjadi penghubung antara masyarakat dengan mereka yang menghasilkan barang.
3. Kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa
Begitu barang didistribusikan dan sampai di pasar, barang siap dijual ke masyarakat. Ayah dan ibumu membeli beras ke toko beras. Kamu membeli sepatu baru di toko sepatu, dan seterusnya. Nah, barang-barang yang kamu beli tersebut akan kamu pakai. Kegiatan ekonomi yang tujuannya adalah memakai atau menggunakan barang dan jasa disebut kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Demikian halnya dengan jasa. Misalnya, ada sebuah perusahaan jasa angkutan bis luar kota menjual tiket angkutan. Tiket siap digunakan untuk naik bis. Orang yang melakukan kegiatan ekonomi memakai atau menggunakan jasa tertentu juga disebut melakukan kegiatan konsumsi.
4. Memanfaatkan sumber daya alam

Manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Memilih sumber daya alam mana yang akan diolah sangat ditentukan oleh jenis kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi produksi akan memilih sumber daya alam yang berbeda dengan kegiatan ekonomi distribusi dan konsumsi. Sumber daya alam yang dimanfaatkan manusia dibedakan menjadi 2 macam, yakni SDA mahkluk hidup (biotik) dan SDA bukan mahkluk hidup (abiotik). Contoh sumber daya alam biotik adalah hewan dan tumbuh-tumbuhan. Contoh sumber daya alam abiotik adalah tanah, air, barang tambang, udara, dan sinar matahari. Kegiatan pemanfaatan barang tambang yang dilakukan masyarakat antara lain seperti terdapat dalam tabel di bawah ini. 

Thursday 24 December 2015

MAKALAH MASA PRA AKSARA

BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia, seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan - perubahan itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti:
Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat - alat perang.
Van Heine  Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?
Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah - daerah Australia.

2.      TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang akan di ketahui bahwa;
a.       Untuk mengetahui asal – usul manusia pra aksara.
b.      Untuk mengetahui Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra aksara.
c.       Untuk mengetahui jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara.
d.      Membahas tentang peninggalan – peninggalan manusia pra aksara.



BAB II
PEMBAHASAN

1. Masa Praaksara
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad ke-20.
Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.
a. Lingkungan alam pada masa praaksara
Keadaan alam di muka bumi selalu berubah-ubah, yang disebabkan oleh hal-hal berikut.
1) Orogenesis atau gerakan pengangkatan kulit bumi.
2) Erosi atau proses pengikisan lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh angin, air hujan, dan aliran air sungai
3) Vulkanisme atau kegiatan gunung berapi
Masa praaksara disebut zaman es atau kala plestosen, dimana bagian barat Indonesia berhubungan dengan daratan asia tenggara, sedangkan bagian timur wilayah Indonesia berhubungan dengan Australia.
Kala plestosen berlangsung kira-kira 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu. Dalam keseluruhan sejarah bumi, kala plestosen merupakan masa geologi yang paling muda dan singkat. Akan tetapi, bagi sejarah umat manusia, kala plestosen merupakan merupakan bagian yang paling tua.
Pada masa plestosen, suhu di bumi menurun dan gletser yang biasanya hanya terdapat di daerah-daerah kutub serta puncak gunung dan pegunungan tinggi meluas, sehingga daerah yang berdekatan dengan tempat-tempat tersebut dan tempat-tempat lain tertutup oleh lapisan es, misalnya di daerah Amerika, Eropa dan Asia serta pegunungan tinggi lainnya.
Akibat dari masa pengesan pada zaman plestosen adalah turunnya permukaan laut sehingga laut yang dangkal berubah menjadi daratan. Daratan-daratan baru inilah yang berperan sebagai jembatan bagi manusia dan hewan dalam melakukan perpindahan ke daerah lain untuk menghindari bencana dan mencari sumber makanan baru.
b. Awal kehadiran manusia
Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan manusia muncul sekitar 3 juta tahun yang lalu bersamaan terjadinya proses glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala plestosen. Pada masa itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di kawasan Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam yang demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam serta dengan membuat alat-alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.
c. Kehidupan pada masa praaksara
Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni manusia daripada daratan Sahul. Pola kehidupan manusia pada masa plestosen adalah kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan makanan dan berburu. Mereka menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu, tulang dan tanduk.
Kondisi hewan pada masa plestosen tidak banyak berbeda dengan kehidpan manusia, yakni bahwa hidup hewan bergantung pada keadaan iklim dan tumbuh-tumbuhan. Tiap perubahan iklim dapat mengakibatkan berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di sapmping itu, adanya bencana alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah lain.
Pada masa plestosen tingkat kehidupan manusia sangat bergantung pada alam dan kemampuan manusia dalam taraf berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hasil alam sekitarnya. Oleh karena itu lenyapnya berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang dilakukan manusia.
Migrasi hewan dan manusia dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia dimungkinkan karena terbentuknya paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sahul di sebelah timur pada kala plestosen akhir dan plestosen sebagai akibat turunnya permukaan laut.
Bagian barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung dengan Asia. Sedangkan bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya bergabung dengan Australia.
3. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara
Manusia pada masa praaksara tidak mewariskan peninggalan-peninggalan, namun kehidupannya dapat diketahui dari sumber-sumber informasi sebagai berikut.
a. Hasil penggalian fosil
Fosil adalah sisa-sia tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah membatu. Dengan ditemukannya fosil manusia merupakan petunjuk adanya kehidupan manusia pada masa praaksara. Fosil tersebut dinamakan fosil pandu.
b. Tempat perlindungan di bawah karang (abris sous rouches)
Tempat perlindungan di bawah karang berbentuk gua, dan merupakan tempat perkampungan manusia pada masa praaksara yang hanya ditempati sementara waktu. Gua karang tempat perlindungan manusia praaksara dinamakan abris sous rouches. Di daerah tersebut ditemukan berbagai alat-alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang. abris sous rouches banyak ditemukan di Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan di gua Leang-Leang (Sulawesi Selatan).
c. Dapur sampah (kjokkenmoddinger)
Salah satu jenis makanan manusia pada masa praaksara adalah kerang. Kulit kerang tersebut banyak dibuang di tempat-tempat tertentu, yang disebut sebagai dapur sampah atau kjokkenmoddinger. Di dapur sampah tersebut berupa bukit kerang dan sering diketemukan bekas peralatan yang biasa dipergunakan manusia praaksara. Hal ini banyak dijumpai di Medan (Sumatera Utara) dan di Langsa (Aceh).
d. Alat-alat yang dipergunakan manusia praaksara
Manusia praaksara telah mengenal berbagai bentuk peralatan sederhana yang dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jenis peralatan yang ditemukan pasa penemuan fosil manusia Indonesia ada zaman praaskara adalah beliung persegi dan kapak lonjong yang kedua alat tersebut di buat dari batu.
Persebaran alat-alat manusia praaskara tersebut sekaligus menujjukan bukti persebaran manusia pada masa praaskara. Bardasarkan sumber-sumber informasi tersbut di peroleh data mengenenai manusia Indonesia yang hidup pada msa praaskara.
Adapun berdasarkan hasil penelitian pakar antropologi dan pakar sejarah, manusia praaskara antara lain.
a. Pithecanthropus Mojokertoensis, merupakan fosil manusia praaskara yang ditemukan oleh duyfjes dan koeningswald, di perning, mojokerto, tahun 1936. Fosil tersebut berupa tengkorak anak usia 6 tahun. Berdasarkan penelitian, fosil tersebut telah berumur 1, 9 juta tahun. Hasil penemuan tersebut diteliti ulang oleh De Tera dan Movius pada tahun 1938 dan memutuskan bahwa fosil tersebut merupakan fosil manusia praaksara yang tertua.
b. Meganthropus Paleojavanicus, meupakan hasil penelitian Von Koenigswald pada tahun 1941, di daerah Sangiran, Surakarta. Fosil tersebut menunjukkan kerangka tubuh manusia praaksara nerbadan besar tetpi tidak seberap tinggi (megan berarti besar). Meganthropus Paleojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertoensis anmu tingkat kehidupannya lebih rendah (lebih primitif).
c. Pithecantropus Erectus, fosil manusia purba yg ditemukan oleh Eugen Dubois, pada tahun 1890 di desa trinil Ngawi Jawa TImur. Fosil tersebut berbentuk kerangka manusia yang menyerupai kera maka disebut Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak dibandingkan dengan Pithecantropus Mojokertoensis, bentuk tubuh Pithecantropus Erectus lebih maju.
d. Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusi praaksara yang ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir Oppenoorth pada tahun 1931 – 1934 di desa Ngandong kabupaten Blora . Setelah diteliti ileh von koenigswald, fosil tersebut tingkatannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus . mahkluk itu disebut Homo Soloensis, yang berarti manusia dari Solo.
e. Homo Wajakensis atau Homo Sapiens, merupakan jenis fosil manusia praaksara yg ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889, di desa Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak yang tingkatannya lebih tinggi dari Pithecantropus Erectus. Dari antara fosil-fosil lainnya. Homo Wajakensis merupakan yang termaju dan yang terakhir
Homo Wajakensis termasuk jenis Homo Sapiens, sebagian besar bertempat tinggal di Indonesia bagian barat, dan sebagian tinggal di wilayah timur. Yang bermukim di wilayah Indonesia bagian barat termasuk ras Mongoloid, sub ras Melayu – Indonesia. Sedangkan yang bermukim di wilayah Indonesia bagian timur termasuk ras Austromelanesoid. Homo Wajakensis mulai tinggal di Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu, dan sekaligus membuktikan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia telah di didiami oleh manusia sejenis Homo Sapiens.
Adapun hal-hal yang membedakan Pithecantropus Erectus dengan Homo Sapiens adalah sebagai berikut.
Pithecantropus memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
a. Bentuk fisik dan wajahnya berbeda dengan manusia sekarang, termasuk tingkat kecerdasannya berbeda jauh.
b. Tingkat kehidupannya masih primitif, mata pencaharian utamanya adalah berburu dan meramu (memetik buah-buahan di hutan).
c. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan selalu berpindah-pindah
Manusia yang termasuk Pithecanthropus Erectus adalah Pithecantropus Mojokertensis dan Meganthropus Paleojavanicus.
Sedangkan cirri-ciri Homo Sapiens adalah sebagai berikut.
a. Bentuk fisik dan wajahnya mirip manusia sekarang. Tingkat kecerdasannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus.
b. Tingkat kehidupannya lbih maju dari Pithecantropus Erectus, dan telah mengenal perladangan dengan sistem lading berpindah.
c. Hidupnya telah menetap dalam waktu agak lama sekitar 2 atau 3 masa panen baru berpindah.
d. Memiliki pralatan terbuat dari batu yang diasah halus, berbentuk beliung persegi, dan alat pemukul kulit kayu.
e. Hidup disekitar 40.000 tahun yang lalu.
Manusia praaksara yang termasuk Homo Sapiens adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Homo Sapiens termasuk nenek moyang yang menurunkan ras-ras manusia sekarang ini.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1.   Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).
2.   Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis

2.  MASA AKSARA
Tradisi sejarah masyarakat Indonesia berkembang pula pada masa aksara, yaitu masa ketika masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan. Pada masa aksara, tradisi sejarah direkam melalui tulisan sehingga lahirlah rekaman tertulis. Rekaman tertulis ini pun, sama halnya dengan tradisi masa praaksara, yaitu tumbuh dan berkembang melalui pewarisan dalam masyarakat. jadi pada materi ini kita akan mempelajari perkembangan sejarah masyarakan indonesia setelah mengenal tulisan (masa aksara) dan dampak adanya zaman aksara terhadap kehidupan masyarakat indonesia.
a.       Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Aksara
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan – Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan sampai di Irian/Papua ternyata membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Adanya beraneka ragam budaya daerah yang muncul di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang masih dapat dirasakan oleh masyarakat nusantara pada masa kini.
Bangsa Deutero Melayu yang datang 500 SM ke Nusantara ternyata membawa pengaruh yang lebih maju daripada pendahulunya. Mereka melalui jalan barat, yakni Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa. Mereka hidup di Nusantara dan berkembang sebagai masyarakat yang produktif serta menjadi bangsa Indonesia sampai sekarang. Masyarakat Deutero Melayu yang telah berkembang menjadi bangsa Indonesia itu telah memiliki kemajuan di berbagai bidang, antara lain, sebagai berikut.
1)      Dalam bidang pemerintahan, mereka menganut asas demokrasi melalui musyawarah untuk menentukan pimpinan mereka, bentuk organisasi kemasyarakatan yang ada adalah kesukuan. Kepala suku dipilih dari orang yang memiliki kemampuan tertinggi (primus inter pares).
2)      Dalam bidang ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan diupayakan dengan menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter), hidup gotong royong dalam mengerjakan sawah, berkelompok, dan semua hak milik digunakan bersama.
3)      Kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme. 
Keadaan alam Nusantara memaksa mereka harus pandai berlayar sebab Nusantara terdiri atas kawasan kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan untuk saling mencukupi. Akhirnya, muncul perdagangan antarpulau dan berkembang menjadi perdagangan antarnegara. Pelayaran lintas laut telah membawa bangsa Indonesia mampu mengarungi lautan internasional sehingga terciptalah hubungan dagang yang maju, yang melibatkan kawasan Nusantara. Kita ketahui bahwa kemajuan pelayaran perdagangan antara Cina – India yang melewati kawasan Nusantara menyebabkan terjalinnya perdagangan di Nusantara juga, namun pengaruh India di Nusantara jauh lebih besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa perkembangan bagi kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu dan berkembang sampai sekarang, misalnya, dalam bidang pemerintahan, budaya, sosial, dan kepercayaan.
1) Dalam bidang pemerintahan
Masyarakat Nusantara yang hidup secara berkelompok di masa lalu, ternyata mampu berkembang secara dinamis dengan bentuk kesukuan. Kontak dengan India ternyata membawa pengaruh positif dalam kehidupan masyarakat terutama dalam pemerintahan. Masyarakat Nusantara yang semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya pengaruh hinduisme ke dalam masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk kerajaan. Kekuasaan raja diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih rakyat sehingga rakyat menerima saja. Namun, raja yang lemah pasti segera jatuh digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.
2) Dalam bidang budaya
Kita mengetahui bahwa masuknya budaya India ke Nusantara ternyata memberi semangat bangsa Indonesia untuk berkarya lebih bagus dan terarah. Bahkan para raja dan penguasa mulai menuliskan perintah melalui prasasti. Hasil karya budaya Nusantara yang mengagumkan dan memiliki seni yang tinggi, misalnya, candi Borobudur yang menjadi kebanggaan dunia dan relief pada dinding candi yang melebihi kehebatan orang India. Misalnya, relief Ramayana pada candi Prambanan. Begitu juga munculnya seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Nusantara seperti cerita  Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab Gatotkacasraya yang telah memuat unsur javanisasi.
3) Dalam bidang sosial
Pranata sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa sebagai satu kelompok masyarakat. Penerapan aturan untuk membina masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya bersifat gotong royong.
4) Dalam kepercayaan
Nenek moyang yang sudah memiliki kepercayaan asli (animisme, dinamisme) mulai mengenal agama Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun telah menyembah Dewa Hindu atau Buddha, mereka tetap bersesaji untuk memuja roh (sesuai keyakinan animisme dan dinamisme).

b. Perkembangan rekaman tertulis
Jejak-jejak masa lampau menjadi bahan penting untuk menuliskan kembali sejarah umat manusia. Jejak masa lampau mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan penulisan sejarah. Masa lampau yang hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah tersebut menjadi komponen penting dan mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan sejarah.
Kisah sejarah tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan dapat dipelihara terus sehingga mampu untuk mengisahkan kembali peristiwa dari jejak-jejak pada masa lampau. Jejak sejarah dapat dibedakan menjadi dua.
1)      Jejak historis, yaitu jejak sejarah yang menurut sejarawan memiliki atau mengandung informasi tentang kejadian-kejadian yang historis sehingga dapat digunakan untuk menyusun penulisan sejarah.
2)      Jejak nonhistoris, yaitu suatu kejadian pada masa lampau yang tidak memiliki nilai sejarah.
Jejak historis yang berwujud tulisan merupakan rekaman tertulis tradisi masyarakat pada masa lalu. Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi sumber tertulis sezaman dan setempat, sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat, dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.
1)      Sumber tertulis sezaman dan setempat
Sumber tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang mengalami peristiwa itu, atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak lama setelah peristiwa itu terjadi. Sumber setempat maksudnya adalah penulisannya di dalam negeri sendiri. Contoh sumber tertulis sezaman dan setempat adalah prasasti. Prasasti
berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut epigraphy.
2)      Sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat
Sumber ini dimaksudkan ditulis sezaman, tetapi ditulis di luar negeri. Sumber ini biasanya tidak begitu jelas, kebanyakan berasal dari Tiongkok, Arab, Spanyol, dan India. Misalnya, kitab Ling Wai Taita karangan Chou Ku Fei pada tahun 1178.
3)      Sumber tertulis setempat tidak sezaman
Sumber ini ditulis lama sesudah peristiwa terjadi, mungkin sudah berdasarkan cerita dari mulut ke mulut atau berdasar cerita rakyat. Misalnya, buku  Babad Tanah Jawi dan kitab Pararaton (walau- pun ada babad sezaman, tetapi tidak banyak).
Sejak masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan. Tulisan-tulisan tersebut dapat dibaca dan sampai kepada generasi penerus. Tulisan yang ditinggalkan itu dipandang sebagai suatu rekaman tertulis tentang peristiwa yang terjadi pada mesa lampau. Berikut rekaman tertulis yang dimaksud,
1.      Prasasti
Prasasti merupakan salah satu rekaman tertulis tentang masa lampau yang sudah menjadi kebiasaan para penguasa untuk mengingat dan mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh raja atau penguasa. Prasasti adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading. Pada umumnya, prasasti menuliskan suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti umumnya dibuat atas perintah raja yang berkuasa. Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan. Pada abad ke-4 sampai dengan ke-8, prasasti di Nusantara mengguankan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, prasati-prasasti tersebut biasa ditulis dalam bentuk syair dengan menggunakan kaidah-kaidah dari India.
Berikut contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.
Prasasti Kutai di Kalimantan Timur
Prasasti berupa tujuh buah yupa (tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Sansekerta. Isinya, peringatan upacara kurban agama Hindu yang diperintah oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga.
Prasasti Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Prasasti Kerajaan Tarumanegara. di Jawa Barat berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Contoh: prasasti Ciaruteun (pahatan telapak kaki dan tulisan), prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak kaki gajah dan tulisan), prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), prasasti Pasir Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman) prasasti Tugu (berita tentang penggalian saluran Sungai Gomati), prasasti Muara Cianten, dan prasasti Cidang Hiang.

Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Contohnya: prasasti Keduclukan Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa daerah), prasasti Talang Tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk), prasasti Telaga Batu (berisi kutukan kepada siapa saja yang tidak setia pada raja), prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada dews untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).
Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Prasasti Canggal berisi mengenai pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja. Prasasti Matyasih (prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah sebelurn Dyah-Batitung. prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.
Prasasti Kerajaan Syailendra
Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sanskerta, dan ditulis dengan huruf  Pra-Nagari. Prasasti Klurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pra-Nagari. Berisi mengenai pembuatan area Manjusri.
Dokumen
Dokumen merupakan surat berharga yang bertulis  atau dicetak sehingga dapat dipakai untuk sebuah bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan pengolahan, dan penyimpanan infoermasi dari berbagai bidang, dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dan lain sebagainya. Dokumen merupakan suatu yang snagat berharga, baik bagi pemakainya maupun pembuatnya.
Kitab
Kitab merupakan sebuah kasastra para pujangga pads masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa lampau. Para pujangga  umunya menulis atas perintah raja. Itulah sebabnya, isi tulisan banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai menjinakan hewan-hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya  seperti kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.
Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :
1.          Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
2.          Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang,





b.      Saran
Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan Setalah kami menyusun makalah ini kami member saran :
1.    Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk mencari makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .
2.    Kita mumpunyai rumah jika ingin tinggal.
3.    Masa kita sekarang adalah masa yang modern tentunya perlu di syukuri dan dinikmati sesuai kebutuhan.
4.    Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi.



DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.



Sunday 15 November 2015

MAKALAH IMAN KEPADA HARI AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Iman kepada hari akhir rmerupakan sesuatu yang wajib kita imani sebagai umat muslim, walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir tetapi di Al-Qur’an sudah dituliskan di wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk mengimaninya, mengimani hari akhir adalah salah satu cara agar kita biasa selalu meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, karena dari kita sudah banyak yang terlena dengan kehidupan duniawi, yang hanya mengedepankan kehidupan duniawi dan membelakangkan dunia akhirat.
Beriman kepada hari akhir merupakan ciri mukmin dan muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)
Kehidupan seluruh manusia di jagat raya ini kelak akan berakhir. Semua alam raya, bintang-bintang di langit akan meredup, deburan ombak berhenti, gunung-gunung hancur, dan alam luluh lantak. Pada saat itulah, manusia akan dibangkitkan dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia.
  
B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba  menguraikan beberapa masalah pokok yang berkaitan dengan matei dalam makalah ini yaitu :
1.    Apa pengertian dari Hari Akhir ?
2.    Bagaimana proses terjadinya Hari Akhir ?
3.    Iman kepada Hari Akhir ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN HARI AKHIR
Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan dunia yang fana ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehiduan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), samapai kepada pembalasan dengan surge atau neraka  (Jaza’).
Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah As-Sughra), dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah  memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai dengan alam Barzakh.
Disamping istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al-Qur’an juga menggunakan istilah atau nama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaan atau suasana yang akan dialami oleh umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah :
1.        Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat) (Az-Zumar 39:60)
2.        Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan) (Ar-Rum 30:56)
3.        Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) (Al-Mukmin 40:27)
4.        Yaumul Din ( Hari Pembalasan) (Al-Fatihah 1:3)
5.        Yaumul Fath (Hari Kemenangan) (As-Sajadah 32:29)
6.        Yaumul Talaq (Hari Pertemuan ) (Al-Mukmin 40 : 15-16)
7.        Yaumul Jam’I (Hari Berhimpun) (At-Taghabun 64 : 9)
8.        Yaumul Taghabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan) (At-Taghabun 64 : 9)
9.        Yaumul Khulud (Hari Kekekalan) (Qaf 50 : 34)
10.    Yaumul Khuruj (Hari Keluar) (Qaf : 50 : 42)
11.    Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan) (Maryam 19 :39)
12.    Yaumul Tanad (Hari Panggil-Memanggil) (Al-Mukmin 40 : 32)
13.    Yaumul Fashl (Hari Keputusan) (An-Naba’ 78 : 17)
14.    As-Sa’ah (Waktu) (Al-Qamar 54 :1)
15.    Al-Akhirah (Akhirat) (Al-A’la 87 : 16-17)
16.    Al-Azifah (Peristiwa Dekat) (An-Najm 53 : 57)
17.    At-Thammah (Mala Petaka Besar) (An-Nazi’at 79 : 34)
18.    As-Shakhah (Tiupan Sangkakala Yang Kedua)
19.    Al-Ghasyiyah (Kejadian Yang Menyelubungi)
20.    Al-Waqi’ah (Peristiwa Dahsyat)
21.    Dan lain-lain.

Sedangkan istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat 177 :
Artinya : “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)
B.       PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR
Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah kronologis peristiwa yang akan dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti, mulai dari Kiamat sampai Pembalasan dengan surge atau neraka. Tapi, seperti yang sudah dijelaskan pada pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1.         Alam Kubur
Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki oleh setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya jasad Fir’aun(Rames II), meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi  dan disimpan di Museum Tahrir Kairo Mesir, namun tetap tidak bias terbebas dari alam kubur. Begitu juga jasad-jasad lain, baik yang utuh maupun yang hancur bagai tepung tetap memasuki alam kubur.
Alam kubur dikenal juga dengan sebutan Alam Barzakh, Barzakh artinya yang membatasi antara dua hal. Dalam hal ini Alam Barzakh adalah alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat.
Setelah seseorang memasuki alam kubur, dia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan Nabi-Nya. Orang yang beriman akan menjawab : Tuhanku Allah, Agamaku Islam dan Nabiku Muhammad SAW. Sedangkan orang yang tidak beriman atau ornag yang ragu akan mengatakana tidak tahu, lalu dia akan disiksa. Yang menentukan bias atau tidaknya seseorang menjawab pertanyaan Malaikat adalah iman dan amal shalehnya selama hidup di dunia,. Oleh sebab itu tidak ada persiapan untuk menjawab pertnyaan itu, kecuali meningkatkan kualitas iman dan memperbanyak amal shaleh untuk mencari keridhaan Allah SWT semata.
Setiap orang yang lulus dalam “ujian” alam kubur akan merasakan kenikmatan, sebaliknya yang tidak lulus akan merasakan kenikmatan, sebaliknya yang  tidak lulus akan merasakan azb dan penderitaan. Bagaimana bentuk dan teknis kenikmatan dan siksaan itu tidaklah perlu kita selidiki dan kita banding-bandingkan dengan apa yang didapat di dunia sekarang ini, karena tentu saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan alam dunia yang nyata ini. Tapi yang jelas, kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan badan sekaligus, bukan hanya roh semata. Sayid Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qayyim sebagai berikut : “Umat salaf (dahulu) serta para imam-imamnya berpendapat bahwa jikalau seseorang manusia meninggal dunia, maka ia akan mendapat kenikmatan ataupun siksaan. Kedua macam keadaan yakni kenikmatan atau siksaan ini akan dirasakan oleh roh dan badannya juga. Roh itu sekalipun telah berpisah dengan tubuhnya akan tetapi dapat merasakan kenikmatan atau siksaan itu. Roh itu ada kalanya dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya dan dengan demikian, maka tubuh bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama dapat merasakan kenikmatan atau siksaan tersebut.
Bagaimana tubuh yang sudah hancur luluh bahkan sudah bersatu dengan tanah bias merasakan kenikmatan dan siksaan ?. bukankah kalau seseorang duduk memperhatikan jasad Fir’aun yang tidak dikuburkan itu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sekalipun tidak pernah menyaksikan ada tanda-tanda siksaan pada tubuhnya ?. Bagaimana kita bisa memahami bahwa kenikmatan dan siksaan kubur itu dirasakan bersama antara roh dan jasad seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim di atas ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu Jumhur Ulama memberikan jawaban sebagai berikut : “Padahal tidak dapat disaksikan atau tidak membekas sama sekali dalam tubuh mayat itu, tidak dapat digunakan sebagai hujjah bahwa hal itu tidak benar-benar sebagaimana yang dilihat. Sebabnya ialah karena hal seperti itu tidaklah tertolak dalam kekuasaan Allah Ta’ala. Malahan kita dapat memberikan contohnya dalam keadaan sehari-hari, yakni seperti orang tidur. Bukankah orang tidur itu dapat merasakan kelezatan dan juga dapat merasakan kesakitan. Orang yang duduk di dekat orang tidur itu tentulah tidak dapat menyaksikan atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang tidur tadi”.
Kesalahan mendasar orang-orang yang mempertanyakan logis tidaknya kenikmatan dan siksaan kubur adalah membandingkan keadaan di alam ghaib dengan keadaan di alam nyata di dunia ini, padahal keduanya jelas merupakan dua alam yang sangat berbeda.
Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan dalil adanya pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di alam kubur adalah anatara lain sebagai berikut :
a.    Surah Ibrahim ayat 27 :
        
Artinya : “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (Ibrahim 14:27)
Menurut Rasulullah SAW, al-qaulu as-tsabit  dalam ayat di atas adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah, yang  diberikan oleh seseorang muslim di alam kubur tatkala ditanya oleh Malaikat (HR.Bukhari dan Muslim).

b.   Surah Al-Mukmin ayat 45-46 :

Artinya : “…Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada Malaikat) : “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (Al-Mukmin 40: 45-46)
Dalam ayat di atas ada dua azab yang ditimpakan oleh Allah kepada Fir’aun dan kaumnya : pertama, dinampakkan neraka pada pagi dan petang ; kedua, dimasukkan ke dalam azab yang pertama, antara ma’thuf dan ma’thuf alaih  haruslah berbeda. Jika azab yang kedua dinyatakan setelah terjadinya kiamat, tentu azab yang pertama terjadi antara kematian dan kebangkitan yaitu azab kubur.

2.         Kiamat
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang pun yang tahu termasuk para Nabi dan Rasul kapan akan terjadi. Dalama hal ini Allah SWT berfirman :

Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, kapankah terjadinya. Katakanlah : “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya disisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu datangnya selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi mahluk yang ada) di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak dating kepadamu melainkan dengan tiba-tiba..” (Al-A’raf :187)
Namun demikian, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita beberapa tanda-tanda kiamat, ada yang disebut dengan tanda-tanda kecil (‘alamat sughra) dan ada yang disebut dengan tanda-tanda besar (‘alamat kubra). ‘Alamat kubra menunjukkan kiamat sudah sangat dekat sekali.
Apabila ditanya kapan hari Kiamat terjadi ? Tidak ada seseorang pun yang dapat menjawabnya. Hanya Allah-lah yang tahu kapan terjadinya Kiamat. Allah SWT, berfirman :

Artinya : “ Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan dating kepadamu, melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang haeri Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Al-A’raf 7 : 187)
          Walaupun kedatangan kiamat itu masih dirahasiakan, namun sebagai orang yang beriman, kita harus mempercayainya dengan sepenuhnya. Dalam hal ini, Allah berfirman :

Artinya : “Dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah dating, tak ada keraguan padanya; dan bahwanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” (Q.S. Al-Hajj 22 :7)
          Berdasarkan keterangan yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis, terjadinya hari akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya hari akhir antara lain :
a.       Terbitnya matahari dari arah barat
b.      Mnculnya binatang yang berbicara dengan manusia
c.       Munculnya Yajuj (perusak dan pengacau dan timbulnya bencana-bencana alam dahsyat)
d.      Munculnya Dajjal (pendusta, penipu ulung)
e.       Al-Qur’an tinggal tulisan (sudah tidak terasa di hati) dan Islam tinggal nama (sudah tidak ada amalan didalamnya)
f.       Jumlah orang perempuan sudah berlipat ganda daripada laki-laki.
g.      Peredaran bumi sudah tidak teratur sebab sudah mendekati keruntuhannya.
Kiamat mulai terjadi ketika Malaikat Israfil meniup terompet yang pertama, maka hancurlah dunia dan seisinya.

Artinya : “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian, ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” (Q.S. Az-Zumar 39 ; 67)
3.         Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil yang kedua dibangkitkanlah seluruh manusia dari kematiannya. Nyawa di kembalikan ke jasad masing-masing. Di samping itu dihidupkan pula jin, iblis dan Malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali beberapa macam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats atau kebangkitan.
Pada waktu kebangkitan itu terjadi orang-orang kafir dan munafiq berkata :

Artinya : “Aduh, celakalah kami! Siapakah yang mebangkitkan kami dari tempat tidur kami ?” (Yasin 36 :52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran, karena memang waktu di dunia mereka sama sekali tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Mereka berkata :

Artinya : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Q.S. Al-Jatsiyah 45 : 24)

4.         Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkumpul di padang Mahsyar menunggu perhitungan (hisab) amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan amalannya di dunia. Rasulullah SAW menggambarkan perbedaan itu dalam sabdanya yang artinya :
“ Manusia itu akan dikumpulkan pada hari kiamat menjadi tiga golongan, segolongan berjalan, segolongan lagi berkendaraan dan segolongan lagi berjalan dengan mukanya. “Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimanakah orang-orang itu dapat berjalan dengan mukanya ?” Beliau bersabda : “Bahwasanya Zat Yang Maha Kuasa menjalankan mereka di atas kakinya, tentu Maha Kuasa pula untuk menjalankan mereka dengan mukanya. Alangkah sukarnya mereka, sebab harus berjalan dengan menjaga mukanya dari tanah-tanah yang renjul dan banyak tanaman berduri” (HR Tirmizi)”.
Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa keadaan di padang mahsyar itu sangat sulit, sangat panas dan masing-masing mengurus dirinya sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari situasi Mahsyar, ingin cepat-cepat dihisab dan diberi keputusan, apakah akan masuk surge atau masuk neraka. Pada saat itulah mereka dating minta syafa’at kepada para Nabi dan Rasul terdahulu, tapi semua menolak. Akhirnya mereka sampai kepada Rasulullah SAW, barulah beliau yang bersedia memintakan kepada Allah SWT agar segera diadakan putusan dan penetapan antar seluruh mahluk, agar mereka cepat terbebas dari kesengsaraan yang diderita di padang Mahsyar.

5.         Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan seseorang di atas dunia. Cara menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut mengisyaratkan perbedaan “nasib” nya di akhirat. Allah menjelaskan perbedaan tersebut :
Artinya : “Adapun orang yang diberikan ktabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (Al-Insyiqaq 84 : 7-12).
Pada hari perhitungan itu mulut tidak bias lagi memberikan jawaban yang tidak benar, karena seluruh tubuh akan menjadi saksi.
 Kemudian setelah dilakukan perhitungan, dilakukan penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surge, sedangkan siapa yang berat timbangan kejahatannya akan mudah masuk neraka. Pada hari tidak akan ada seorang pun yang dirugikan, penimbangan dilakukan dengan seadil-adilnya oleh Yang Maha Adil. Setelah hisab dan wazn (mizan) semua orang akan melalui as-shirath (jembatan) yang terbentang di atas neraka jahanam. Semua manusia tanpa terkecuali, termasuk para Nabi dan Rsul akan melalui jembatan tersebut. Siapa yang berjalan secara lurus (istiqamah) di jalan Allah di dunia (Islam), maka dia akan berjalan pula dengan lurus (selamat) melewati jembatan tersebut. Sulit dan mudahnya seseorang melewati jembatan itu tergantung kualitas amalannya.
           
6.         Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan pembalasan dari Allah SWT sesuai dengan hasil penimbangannya. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari amalan kejahatannya maka dia akan masuk langsung ke surga tanpa harus merasakan dulu siksaan Allah SWT di neraka. Sebaliknya siapa yang amal kejahatannya lebih banyak dari amal kebaikannya dia akan masuk neraka. Kalau dia orang yang beriman dan tidak mempersekutukan Allah SWT maka setelah masa hukumannya habis di neraka dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga. Namun bagi orang kafir, ataupun orang-orang musyrikin mereka akan kekal selamanya di neraka.

C.      HIKMAH IMAN KEPADA HARI AKHIR
Himah beriman kepada hari akhir memang besar sekali sebab setelah manusia mengerti dan yakin adanya hari pembalasan di akhirat atas perbuatan di dunia, setidak-tidaknya, ia pasti berhati-hati dalam beramal. Ketikaberbuat jahat, manusia selalu ingat dan takut terhdap siksa di akhirat. Adapun hikmah beriman kepada hari akhir yaitu sebagai berikut :
a.         Menunjukkan betapa pentingnnya iman kepada Hari Akhir itu dalam ajaran islam. Sebab dengan adanya keimanan terhadap Hari Akhir seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk memenuhi ajaran Allah SWT, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya baik lahir maupun batin yang luput dari pencatatan dan perhitungan kelak di Akhirat.
b.         Dengan adanya penggambaran yang detail tentang surge dan neraka dengan segala kenikmatan dan siksaannya, seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan kemaksiatan.
c.         Dengan seringnya disebutkan masalah iman kepada Hari Akhir, maka hal itu akan bisa mengingatkan orang-orang yang sering terlupa dan lalai dalam kehidupannya karena terpengaruh dengan segala kesenangan hidup di dunia.
d.        Dengan menyebutkan masalah Hari Akhir secara detail di harapkan dapat mematahkan argumentasi para penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Hari Akhir.




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta.Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhi rmerupakan rukun iman yang kelima oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut. Beriman pada hari akhir mempunyai beberapa manfaat antara lain selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan, selalu berada dalam kebenaran, dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari kebaikan “Fastabiqul Khoirot”.

B.       Saran
a.       Sebagai umat muslim kita wajib mempercayai akan hari akhir.
b.      Harus selalu mengingat Allah dimana pun dan kapan pun kita berada karena kita tidak tahu kapan datangnya hari kiamat.
c.       Tidak meragukan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa mengurangi atau menambahnya