BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Iman kepada hari akhir rmerupakan sesuatu yang
wajib kita imani sebagai umat muslim,
walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir tetapi di Al-Qur’an
sudah dituliskan di
wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk mengimaninya,
mengimani hari akhir adalah salah satu cara agar kita
biasa selalu meningkatkan keimanan kita kepada Allah
SWT, karena dari kita sudah banyak yang
terlena dengan kehidupan duniawi, yang
hanya mengedepankan kehidupan duniawi dan membelakangkan dunia akhirat.
Beriman kepada
hari akhir merupakan ciri mukmin dan muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS.
Al-Baqarah: 4)
Kehidupan
seluruh manusia di jagat raya ini kelak akan berakhir. Semua alam raya,
bintang-bintang di langit akan meredup, deburan ombak berhenti, gunung-gunung
hancur, dan alam luluh lantak. Pada saat itulah, manusia akan dibangkitkan dan
harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis
mencoba menguraikan beberapa masalah pokok yang berkaitan dengan matei
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari Hari Akhir ?
2. Bagaimana proses terjadinya Hari Akhir ?
3. Iman kepada Hari Akhir ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HARI
AKHIR
Yang dimaksud
dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan dunia yang fana
ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai
dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh
kehiduan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats),
dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (Hasyr), perhitungan
seluruh amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan
amal buruk (Wazn), samapai kepada pembalasan dengan surge atau neraka
(Jaza’).
Akan tetapi
pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah
As-Sughra), dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah
memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan
di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai dengan alam Barzakh.
Disamping
istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al-Qur’an juga menggunakan istilah atau
nama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaan atau
suasana yang akan dialami oleh umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang
abadi tersebut. Nama-nama itu adalah :
1.
Yaumul Qiyamah
(Hari Kiamat) (Az-Zumar 39:60)
2.
Yaumul Ba’ats
(Hari Kebangkitan) (Ar-Rum 30:56)
3.
Yaumul Hisab
(Hari Perhitungan) (Al-Mukmin 40:27)
4.
Yaumul Din ( Hari Pembalasan) (Al-Fatihah 1:3)
5.
Yaumul Fath
(Hari Kemenangan) (As-Sajadah 32:29)
6.
Yaumul Talaq (Hari Pertemuan ) (Al-Mukmin 40 : 15-16)
7.
Yaumul Jam’I (Hari Berhimpun) (At-Taghabun 64 : 9)
8.
Yaumul Taghabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan)
(At-Taghabun 64 : 9)
9.
Yaumul Khulud (Hari Kekekalan) (Qaf 50 : 34)
10. Yaumul Khuruj (Hari Keluar) (Qaf : 50 : 42)
11. Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan) (Maryam 19 :39)
12. Yaumul Tanad (Hari Panggil-Memanggil) (Al-Mukmin 40 : 32)
13.
Yaumul Fashl
(Hari Keputusan) (An-Naba’ 78 : 17)
14.
As-Sa’ah
(Waktu) (Al-Qamar 54 :1)
15.
Al-Akhirah
(Akhirat) (Al-A’la 87 : 16-17)
16. Al-Azifah (Peristiwa Dekat) (An-Najm 53 : 57)
17.
At-Thammah
(Mala Petaka Besar) (An-Nazi’at 79 : 34)
18.
As-Shakhah
(Tiupan Sangkakala Yang Kedua)
19.
Al-Ghasyiyah
(Kejadian Yang Menyelubungi)
20.
Al-Waqi’ah
(Peristiwa Dahsyat)
21.
Dan lain-lain.
Sedangkan
istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat 177 :
Artinya : “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan
wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat-Malaikat,
Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)
B. PROSES DAN
PERISTIWA HARI AKHIR
Yang dimaksud
dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah kronologis peristiwa yang akan
dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti, mulai dari Kiamat sampai
Pembalasan dengan surge atau neraka. Tapi, seperti yang sudah dijelaskan pada
pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari alam kubur, yaitu alam
transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1.
Alam Kubur
Yang dimaksud
dengan alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki oleh
setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia dikuburkan atau tidak dikuburkan.
Misalnya jasad Fir’aun(Rames II), meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi
dan disimpan di Museum Tahrir Kairo Mesir, namun tetap tidak bias
terbebas dari alam kubur. Begitu juga jasad-jasad lain, baik yang utuh maupun
yang hancur bagai tepung tetap memasuki alam kubur.
Alam kubur dikenal juga dengan sebutan Alam Barzakh, Barzakh
artinya yang membatasi antara dua hal. Dalam hal ini Alam Barzakh adalah
alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat.
Setelah seseorang memasuki alam kubur, dia akan ditanya oleh Malaikat
Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan Nabi-Nya. Orang yang beriman akan
menjawab : Tuhanku Allah, Agamaku Islam dan Nabiku Muhammad SAW. Sedangkan
orang yang tidak beriman atau ornag yang ragu akan mengatakana tidak tahu, lalu
dia akan disiksa. Yang menentukan bias atau tidaknya seseorang menjawab
pertanyaan Malaikat adalah iman dan amal shalehnya selama hidup di dunia,. Oleh
sebab itu tidak ada persiapan untuk menjawab pertnyaan itu, kecuali
meningkatkan kualitas iman dan memperbanyak amal shaleh untuk mencari keridhaan
Allah SWT semata.
Setiap orang yang lulus dalam “ujian” alam kubur akan merasakan
kenikmatan, sebaliknya yang tidak lulus akan merasakan kenikmatan, sebaliknya
yang tidak lulus akan merasakan azb dan penderitaan. Bagaimana bentuk dan
teknis kenikmatan dan siksaan itu tidaklah perlu kita selidiki dan kita
banding-bandingkan dengan apa yang didapat di dunia sekarang ini, karena tentu
saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan alam dunia yang nyata ini. Tapi yang
jelas, kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan badan sekaligus, bukan
hanya roh semata. Sayid Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qayyim sebagai berikut :
“Umat salaf (dahulu) serta para imam-imamnya berpendapat bahwa jikalau
seseorang manusia meninggal dunia, maka ia akan mendapat kenikmatan ataupun
siksaan. Kedua macam keadaan yakni kenikmatan atau siksaan ini akan dirasakan
oleh roh dan badannya juga. Roh itu sekalipun telah berpisah dengan tubuhnya
akan tetapi dapat merasakan kenikmatan atau siksaan itu. Roh itu ada kalanya
dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya dan dengan demikian, maka tubuh
bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama dapat merasakan kenikmatan atau
siksaan tersebut.
Bagaimana tubuh yang sudah hancur luluh bahkan sudah bersatu dengan
tanah bias merasakan kenikmatan dan siksaan ?. bukankah kalau seseorang duduk
memperhatikan jasad Fir’aun yang tidak dikuburkan itu berhari-hari, bahkan
berbulan-bulan sekalipun tidak pernah menyaksikan ada tanda-tanda siksaan pada
tubuhnya ?. Bagaimana kita bisa memahami bahwa kenikmatan dan siksaan kubur itu
dirasakan bersama antara roh dan jasad seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim
di atas ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu Jumhur Ulama
memberikan jawaban sebagai berikut : “Padahal tidak dapat disaksikan atau tidak
membekas sama sekali dalam tubuh mayat itu, tidak dapat digunakan sebagai hujjah
bahwa hal itu tidak benar-benar sebagaimana yang dilihat. Sebabnya ialah karena
hal seperti itu tidaklah tertolak dalam kekuasaan Allah Ta’ala. Malahan kita
dapat memberikan contohnya dalam keadaan sehari-hari, yakni seperti orang
tidur. Bukankah orang tidur itu dapat merasakan kelezatan dan juga dapat
merasakan kesakitan. Orang yang duduk di dekat orang tidur itu tentulah tidak
dapat menyaksikan atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang
tidur tadi”.
Kesalahan mendasar orang-orang yang mempertanyakan logis tidaknya
kenikmatan dan siksaan kubur adalah membandingkan keadaan di alam ghaib dengan
keadaan di alam nyata di dunia ini, padahal keduanya jelas merupakan dua alam
yang sangat berbeda.
Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan dalil adanya pertanyaan
Malaikat Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di alam kubur
adalah anatara lain sebagai berikut :
a. Surah Ibrahim ayat 27 :
Artinya : “Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat..” (Ibrahim 14:27)
Menurut Rasulullah SAW, al-qaulu as-tsabit dalam ayat di
atas adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad
Rasulullah, yang diberikan oleh seseorang muslim di alam kubur tatkala
ditanya oleh Malaikat (HR.Bukhari dan Muslim).
b. Surah Al-Mukmin ayat 45-46 :
Artinya : “…Dan
Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan hari terjadinya Kiamat (dikatakan
kepada Malaikat) : “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat
keras.” (Al-Mukmin 40: 45-46)
Dalam ayat di atas ada dua azab yang ditimpakan oleh Allah kepada
Fir’aun dan kaumnya : pertama, dinampakkan neraka pada pagi dan petang ;
kedua, dimasukkan ke dalam azab yang pertama, antara ma’thuf dan
ma’thuf alaih haruslah berbeda. Jika azab yang kedua dinyatakan
setelah terjadinya kiamat, tentu azab yang pertama terjadi antara kematian dan
kebangkitan yaitu azab kubur.
2.
Kiamat
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang pun yang tahu termasuk para
Nabi dan Rasul kapan akan terjadi. Dalama hal ini Allah SWT berfirman :
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, kapankah
terjadinya. Katakanlah : “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya
disisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu datangnya
selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi mahluk yang ada) di langit dan di bumi.
Kiamat itu tidak dating kepadamu melainkan dengan tiba-tiba..” (Al-A’raf :187)
Namun demikian, Rasulullah SAW memberitahukan
kepada kita beberapa tanda-tanda kiamat, ada yang disebut dengan tanda-tanda
kecil (‘alamat sughra) dan ada yang disebut dengan tanda-tanda besar (‘alamat
kubra). ‘Alamat kubra menunjukkan kiamat sudah sangat dekat sekali.
Apabila ditanya kapan hari Kiamat terjadi ?
Tidak ada seseorang pun yang dapat menjawabnya. Hanya Allah-lah yang tahu kapan
terjadinya Kiamat. Allah SWT, berfirman :
Artinya : “ Mereka menanyakan kepadamu
tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan
tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya
bagi mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak
akan dating kepadamu, melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya
pengetahuan tentang haeri Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Al-A’raf 7 : 187)
Walaupun kedatangan kiamat itu masih dirahasiakan, namun sebagai orang yang
beriman, kita harus mempercayainya dengan sepenuhnya. Dalam hal ini, Allah
berfirman :
Artinya : “Dan
sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah dating, tak ada keraguan padanya; dan
bahwanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” (Q.S. Al-Hajj 22 :7)
Berdasarkan keterangan yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis,
terjadinya hari akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya hari akhir antara lain
:
a.
Terbitnya matahari dari
arah barat
b.
Mnculnya binatang yang
berbicara dengan manusia
c.
Munculnya Yajuj (perusak
dan pengacau dan timbulnya bencana-bencana alam dahsyat)
d.
Munculnya Dajjal (pendusta,
penipu ulung)
e.
Al-Qur’an tinggal tulisan
(sudah tidak terasa di hati) dan Islam tinggal nama (sudah tidak ada amalan
didalamnya)
f.
Jumlah orang perempuan
sudah berlipat ganda daripada laki-laki.
g.
Peredaran bumi sudah tidak
teratur sebab sudah mendekati keruntuhannya.
Kiamat mulai terjadi ketika Malaikat Israfil
meniup terompet yang pertama, maka hancurlah dunia dan seisinya.
Artinya : “Dan ditiuplah sangkakala, maka
matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian, ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing)” (Q.S. Az-Zumar 39 ; 67)
3.
Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil yang
kedua dibangkitkanlah seluruh manusia dari kematiannya. Nyawa di kembalikan ke
jasad masing-masing. Di samping itu dihidupkan pula jin, iblis dan Malaikat.
Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali beberapa macam binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats atau kebangkitan.
Pada waktu kebangkitan itu terjadi
orang-orang kafir dan munafiq berkata :
Artinya : “Aduh, celakalah kami! Siapakah
yang mebangkitkan kami dari tempat tidur kami ?” (Yasin 36 :52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran, karena
memang waktu di dunia mereka sama sekali tidak percaya dengan adanya hari
berbangkit. Mereka berkata :
Artinya : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah
kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” (Q.S. Al-Jatsiyah 45 : 24)
4.
Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan
berkumpul di padang Mahsyar menunggu perhitungan (hisab) amal
perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia akan berbeda-beda
sesuai dengan perbedaan amalannya di dunia. Rasulullah SAW menggambarkan
perbedaan itu dalam sabdanya yang artinya :
“ Manusia itu akan dikumpulkan pada hari
kiamat menjadi tiga golongan, segolongan berjalan, segolongan lagi berkendaraan
dan segolongan lagi berjalan dengan mukanya. “Para sahabat bertanya : “Ya
Rasulullah, bagaimanakah orang-orang itu dapat berjalan dengan mukanya ?”
Beliau bersabda : “Bahwasanya Zat Yang Maha Kuasa menjalankan mereka di atas
kakinya, tentu Maha Kuasa pula untuk menjalankan mereka dengan mukanya.
Alangkah sukarnya mereka, sebab harus berjalan dengan menjaga mukanya dari
tanah-tanah yang renjul dan banyak tanaman berduri” (HR Tirmizi)”.
Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa
keadaan di padang mahsyar itu sangat sulit, sangat panas dan
masing-masing mengurus dirinya sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari situasi
Mahsyar, ingin cepat-cepat dihisab dan diberi keputusan, apakah akan
masuk surge atau masuk neraka. Pada saat itulah mereka dating minta syafa’at
kepada para Nabi dan Rasul terdahulu, tapi semua menolak. Akhirnya mereka
sampai kepada Rasulullah SAW, barulah beliau yang bersedia memintakan kepada
Allah SWT agar segera diadakan putusan dan penetapan antar seluruh mahluk, agar
mereka cepat terbebas dari kesengsaraan yang diderita di padang Mahsyar.
5.
Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan
isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan seseorang di atas dunia. Cara
menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari
kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut
mengisyaratkan perbedaan “nasib” nya di akhirat. Allah menjelaskan perbedaan
tersebut :
Artinya : “Adapun orang yang diberikan
ktabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang
mudah, dan dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan
kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala.” (Al-Insyiqaq 84 : 7-12).
Pada hari perhitungan itu mulut tidak bias
lagi memberikan jawaban yang tidak benar, karena seluruh tubuh akan menjadi
saksi.
Kemudian setelah dilakukan perhitungan,
dilakukan penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surge,
sedangkan siapa yang berat timbangan kejahatannya akan mudah masuk neraka. Pada
hari tidak akan ada seorang pun yang dirugikan, penimbangan dilakukan dengan
seadil-adilnya oleh Yang Maha Adil. Setelah hisab dan wazn (mizan) semua
orang akan melalui as-shirath (jembatan) yang terbentang di atas neraka
jahanam. Semua manusia tanpa terkecuali, termasuk para Nabi dan Rsul akan
melalui jembatan tersebut. Siapa yang berjalan secara lurus (istiqamah)
di jalan Allah di dunia (Islam), maka dia akan berjalan pula dengan
lurus (selamat) melewati jembatan tersebut. Sulit dan mudahnya seseorang
melewati jembatan itu tergantung kualitas amalannya.
6.
Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath
maka setiap orang akan merasakan pembalasan dari Allah SWT sesuai dengan
hasil penimbangannya. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa siapa
yang amal kebaikannya lebih berat dari amalan kejahatannya maka dia akan masuk
langsung ke surga tanpa harus merasakan dulu siksaan Allah SWT di neraka. Sebaliknya
siapa yang amal kejahatannya lebih banyak dari amal kebaikannya dia akan masuk
neraka. Kalau dia orang yang beriman dan tidak mempersekutukan Allah SWT maka
setelah masa hukumannya habis di neraka dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke
dalam surga. Namun bagi orang kafir, ataupun orang-orang musyrikin mereka akan
kekal selamanya di neraka.
C.
HIKMAH IMAN KEPADA HARI
AKHIR
Himah beriman kepada hari akhir memang besar
sekali sebab setelah manusia mengerti dan yakin adanya hari pembalasan di akhirat
atas perbuatan di dunia, setidak-tidaknya, ia pasti berhati-hati dalam beramal.
Ketikaberbuat jahat, manusia selalu ingat dan takut terhdap siksa di akhirat.
Adapun hikmah beriman kepada hari akhir yaitu sebagai berikut :
a.
Menunjukkan betapa
pentingnnya iman kepada Hari Akhir itu dalam ajaran islam. Sebab dengan adanya
keimanan terhadap Hari Akhir seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal
untuk memenuhi ajaran Allah SWT, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal
perbuatannya baik lahir maupun batin yang luput dari pencatatan dan perhitungan
kelak di Akhirat.
b.
Dengan adanya penggambaran
yang detail tentang surge dan neraka dengan segala kenikmatan dan siksaannya,
seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk
merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu
akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan
kemaksiatan.
c.
Dengan seringnya disebutkan
masalah iman kepada Hari Akhir, maka hal itu akan bisa mengingatkan orang-orang
yang sering terlupa dan lalai dalam kehidupannya karena terpengaruh dengan
segala kesenangan hidup di dunia.
d.
Dengan menyebutkan masalah
Hari Akhir secara detail di harapkan dapat mematahkan argumentasi para
penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari
orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Hari Akhir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta.Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang
akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhi rmerupakan rukun iman yang
kelima oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut.
Beriman pada hari akhir mempunyai beberapa manfaat antara lain
selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan,
selalu berada dalam kebenaran,
dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari kebaikan
“Fastabiqul Khoirot”.
B. Saran
a.
Sebagai umat muslim kita wajib mempercayai akan hari akhir.
b.
Harus selalu mengingat Allah dimana pun dan kapan pun kita berada karena
kita tidak tahu kapan datangnya hari kiamat.
c. Tidak meragukan apa-apa yang telah diberitakan
di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa mengurangi atau menambahnya